Kisah Cinta Ali – Fatimah

Posted: 15 April 2013 in ReBlog

Saranghae Indonesia

Fatimah, adalah seorang perempuan yang sudah lama Ali kagumi.

Tapi sayang ternyata niat Ali telah didahului oleh Abu Bakar yang sudah duluan melamar Fatimah. Ali pun harus ikhlas bahwa cintanya selama ini berakhir pupus. Apalagi Abu Bakar adalah sahabat setia Rasul yang sangat sholeh dan begitu sayang kepada Rasul, dan rasul pun menyayangi beliau pula. Sedangkan Ali merasa dirinya hanyalah seorang pemuda yang miskin, sungguh jauh bila dibandingkan dengan orang seperti Abu Bakar pikirnya.

Rencana Allah memang sulit ditebak oleh manusia, ternyata Rasul hanya diam ketika Abu Bakar melamar putri beliau, yang maksudnya Rasul menolak secara halus lamaran Abu Bakar. Ali pun senang, karena masih merasa memiliki kesempatan melamar Fatimah. Maka Ali pun bergegas ingin segera melamar Fatimah sebelum didahului lagi. Namun sungguh sayang sekali, lagi-lagi Ali terdahului lagi oleh Umar.

Lagi-lagi hati Ali tersayat, Ali sangat bersedih. Sama seperti dengan Abu Bakar, Ali merasa tak ada harapan lagi, lagi…

Lihat pos aslinya 1.690 kata lagi

Sosial Media

Posted: 4 Januari 2013 in ReBlog

Tampaknya kita harus lebih bijak dalam menggunakan sosial media. Saya termasuk orang yang kadang mengeluh di sosial media. Selama ini saya menganggap dengan mengeluh di sosial media, seakan-akan menjadi moodbooster saya, penambah semangat. Meskipun sebenarnya keluhan itu kadang bukan berarti sebenarnya. Kalian tahu bukan? Kita tidak bisa menilai emosi seseorang lewat tulisan.

Nah, beberapa waktu lalu saya sempat memposting status yang mungkin terbaca sebagai keluhan oleh followers saya. Nah..bukan Ge-eR dan semacamnya ya, tapi tidak lama saya memposting status itu, teman saya membuat status yang seakan-akan menyindir saya secara halus. Yah..adalah hak seseorang jika ingin memposting apa pun di sosial media. Termasuk hak saya untuk memposting keluhan saya, bukan? 😀

Tapi saya rasa timingnya kurang tepat. Bukan kah kalau mau mengkritik lebih baik langsung saja katakan ke orangnya? Tidak perlu membuat status yang bisa jadi membuat orang seperti saya atau yang lain merasa tersinggung. Sekali lagi, saya bukan Ge-eR. Saya bukan orang yang cepat terpancing di sosial media. Hanya saja, untuk yang satu itu jujur saya sempat sedikit tersinggung.

Mungkin ini adalah “teguran” bagi saya untuk tidak selalu curhat di sosial media. Nah, ada baiknya sosial media itu digunakan sebagai ajang tukar pendapat, diskusi, share link yang berkualitas. Bukan hanya sebagai tempat bergosip dan ajang sindir menyindir jika ada status teman yang mungkin sedikit kontroversial. Saatnya kita dewasa dalam memanfaatkan sosial media.

Saya punya teman yang kebetulan sekolah di luar negeri. Dia bercerita kalau teman-temannya menggunakan sosial media untuk memposting sesuatu kemudian dijadikan sebagai ajang diskusi, saling tukar pendapat, berbagi link yang berguna. Jadi seakan-akan sosial media menjadi tempat belajar. Bukankah itu luar biasa?

Sekali lagi, mungkin ada baiknya kita lebih bijak dalam bersosial media. Saya dan anda yang menyempatkan waktu membaca tulisan ini.

Posted: 12 Desember 2012 in ReBlog

Suka….!!!

dari DJAMILAH

Image

“Cermin ada tidak hanya untuk melihat diri sendiri, tapi juga orang-orang di sekitar kita.” (Yogyakarta – November 2008)

Lihat pos aslinya

Pola Makan Rasulullah

Posted: 26 November 2012 in Catatan Septi

Kemarin saya baru dapat buku dari dosen saya, Prof. dr. Veni Hadju, Phd. Bukunya berjudul Menjadi Dokter di Rumah Sendiri. Buku tersebut mengajak kita semua untuk back to nature, bagaimana kita mengobati penyakit dengan mengandalkan tumbuhan berkhasiat di sekeliling kita serta memancing imunitas tubuh untuk menyembuhkan diri sendiri (self healing). Karena pada dasarnya tubuh kita memiliki mekanisme tertentu untuk memberikan penyembuhan terhadap diri sendiri. Dari sekian bab yang ada dalam buku tersebut, saya sedikit mengutip bagian yang menurut saya cukup menarik untuk kita telaah. Bagian tersebut adalah Terapi Pola Makan Rasulullah SAW.

Setiap hamba Allah SWT perlu makan dan minum untuk keperluan kesehatan bagi tubuhnya. Tubuh yang sehat menandakan bahwa seseorang itu tahu bagaimana cara menjaga keseimbangan yang diperlukan oleh keseluruhan organ atau anggota tubuhnya. Di dalam ajaran Islam juga menjelaskan tentang bagaimana penjagaan kesehatan tubuh, oleh karena itu Islam menganjurkan agar pengambilan makanan dan minuman yang halal untuk membuat diri kita bersih dan selamat dari gejala penyakit dan berbagai permasalahan lainnya.

Rasulullah SAW bersabda :

”Sesungguhnya yang HALAL itu jelas dan yang HARAM itu jelas. Diantara keduanya ada perkara yang SYUBHAT yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya. Barang siapa yang menjaga dari yang shubhat, berarti dia telah menjaga dien dan kehormatannya, dan barang siapa yang terjerumus dalam syubhat berarti dia terjerumus kepada yang haram. Sebagaimana seorang pengembala yang mengembala di sekitar larangan, maka lambat laun akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap pemerintah memiliki daerah larangan. Adapun daerah larangan Alla SWT adalah apa yang diharamkan-Nya” (HR. Bukhari & Muslim)

“Hindari perut yang kenyang karena dapat merusak agama, menimbulkan penyakit, dan membuat malas dalam ibadah” (HR. Abu Nu’aim)

“Barangsiapa ingin diperbanyak kebaikan dalam rumahnya maha berwudhulah sebelum makan dan sesudahnya” (HR Ibnu Majah)

“Jangan minum dengan sekali nafas seperti minumnya unta, tetapi minumlah dua atau tiga kali. Ucapkan basmalah jika kalian minum dan baca hamdalah jika kalian selesai minum” (HR. Ahmad dan Muslim)

Adab-adab makan yang dianjurkan Rasulullah SAW :

1. Makan dengan tiga jari

Dengan menggunakan tiga jari berarti telah menunjukkan sikap seimbang. Sebagaimana dikatakan bahwa makan dengan lima jari menunjukkan kerakusan, sedangkan makan dengan satu atau dua jari menunjukkan kesombongan dan keangkuhan.

Dan dari Ka’ab bin Malik RA, ia berkata : “Aku melihat Rasulullah SAW makan dengan tiga jari. Dan setelah selesai, beliau menjilat jari-jarinya. (HR. Muslim)

Fakta ilmiahnya :

Dengan menggunakan tiga jari (jempol, telunjuk, dan jari tengah), makanan yang masuk ke mulut lebih seimbang jumlahnya degan jumlah enzim, sehingga enzim amilase dan lisozim yang diproduksi kelenjar saliva dapat mencerna makanan dengan maksimal, sehingga makanan menjadi lembut dan mudah dicerna.

2. Menjilati jari dan tempat makan

Menjilati tempat sehabis makan akan sengat membantu pencernaan. Rasulullah SAW sendiri menjilati jemari beliau setelah makan. Beliau bersabda : “Apabila salah seorang diantara kalian selesai makan, hendaknya dia tidak membersihkan tangannya sehingga menjilatinya”(HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tabrani).

Hal ini menunjukkan adanya perintah untuk tidak meninggalkan sisa makanan yang berada di tempat makan. Juga diriwayatkan Tirmidzi dengan lafaz : “Barangsiapa makan di piring, lalu ia menjilatinya, maka piring itu akan memohonkan ampun untuknya” (HR. Tirmidzi, Ibu Majah, Ahmad).

Fakta Ilmiahnya :

Dengan menjilati atau menghisap jari maka dapat merangsang proses keluarnya air liur dan enzim pencernaan yang lebih banyak, sehingga pencernaan lebih sempurna.

3. Menggunakan tangan kanan

Makan dan minum dengan tangan kanan adalah hal yang diwajibkan, apabila seseorang makan dan minum dengan tangan kiri maka berdosa karena dia telah menyelisihi perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW, serta merupakan bentuk perbuatan tasyabbuh (meniru) perilaku setan dan orang-orang kafir.

Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaknya makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim).

4. Makan dari arah pinggir dan sekitarnya

Makan dari arah pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada di sekitarnya (yang terdekat) merupakan bimbingan Rasulullah SAW karena pada bimbingan beliau terkandung barakah dan merupakan penampilan adab yang baik.

Rasulullah SAW berkata kepada ‘Umar bin Abi Salamah: “Wahai anak! Sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah yang ada di sekitarmu (di dekatmu)” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Demikian penjelasan singkat mengenai Pola Makan Rasulullah. Jika saat ini Anda berbadan sehat, bersyukurlah dengan menjaganya. Dan jika saat ini Anda sedang sakit, yakinlah bahwa Allah SWT menciptakan penyakit bersama dengan obatnya. Segala sesuatu datangnya dari Allah SWT dan Rasul-Nya adalah benar adanya.

Gambar

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling lazim diderita. Diabetes menyerang sekitar 135 juta orang di dunia pada tahun 1995, dan prevalensinya diperkirakan meningkat menjadi 300 juta pada tahun 2025 [1]. DM berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi juga terhadap sistem kesehatan suatu negara [2]. Berdasarkan analisis data dari Poliklinik Diabetes di seluruh Indonesia, diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 1994 adalah 2,5 juta jiwa. Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang [3]. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler [4].

Berbagai penelitian mengenai epidemiologis diabetes telah di lakukan di seluruh dunia. Penelitian di Saudi Arabia menyatakan bahwa prevalensi DM sebesar 18,2% dan termasuk negara dengan kejadian DM tertinggi [5]. Di Amerika Serikat terdapat 26.9% penderita DM pada usia 65 tahun, dan 1.9 juta orang didiagnosis menderita DM di usia 20 tahun [6]. Di indonesia sendiri, dari beberapa penelitian epidemiologis hingga tahun 2000 didapatkan angka kejadian DM rata-rata 1,5%, kecuali di beberapa daerah yang angkanya dapat mencapai 6,1% [2]. Berdasarkan angka ini diperkirakan pada tahun 2020 jumlah penderita DM di Indonesia akan meningkat sebesar 86-136% [2].

Salah satu faktor penyebab kejadian DM adalah gaya hidup.Peningkatan kesejahteraan masyarakat berdampak terhadap perubahan gaya hidup [7]. Adanya urbanisasi yang mengadopsi gaya hidup barat, telah dicurigai sebagai penyebab ditinggalkannya gaya hidup tradisional oleh masyarakat di negara-negara berkembang [8]. Gaya hidup tradisional dicerminkan dengan aktivitas fisik yang teratur disertai dengan konsumsi makanan berserat tinggi, seperti sayuran dan buah-buahan [9,10,11,12]. Makanan instant yang menjadi pilihan bagi sebagian besar masyarakat yang terpapar dengan kehidupan modern. Padahal makanan tersebut tidak mengandung komposisi zat gizi sebagaimana yang dibutuhkan tubuh [7]. Studi epidemiologis menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang rendah dan obesitas akan meningkatkan risiko resistensi insulin dan DM tipe 2 [10,13,14], ditambah dengan faktor genetik dan faktor lingkungan. Penelitian oleh Frank et al [15] menyimpulkan bahwa DM tipe 2 dapat dicegah dengan gaya hidup yang lebih sehat. Michael, et al [16] menyatakan bahwa intervensi perubahan gaya hidup dapat menurunkan insiden DM tipe 2. Selain itu, konsumsi serat makanan yang berbeda-beda juga dapat menurunkan faktor risiko yang berhubungan dengan metabolik sindrom, diabetes, dan obesitas [17,18].

DM tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling umum diderita, sekitar 90-95% pada seluruh pasien diabetes, dan paling umum diderita pada masyarakat diatas usia 45 tahun yang mengalami kelebihan berat badan. Konsekuensi dari peningkatan obesitas di usia muda, akan menyebabkan DM menjadi sering pada anak-anak dan dewasa muda. Pada DM tipe 2, pankreas menghasilkan insulin yang adekuat untuk metabolisme glukosa, akan tetapi tubuh tidak dapat memanfaatkannya secara efisien. Seiring waktu, produksi insulin akan menurun dan terjadi peningkatan kadar gula darah. Pasien DM tipe 2 tidak membutuhkan pengobatan insulin untuk tetap hidup, meskipun hingga 20% pasien dengan insulin untuk mengontrol kadar gula darah [19]. Banyak penelitian menunjukkan bahwa DM tipe 2 disertai dengan kerusakan biomolekul dalam tubuh. Diabetes menghasilkan gangguan profil lipid, terutama peningkatan kerentanan terhadap lipid peroksidasi. Peningkatan stres oksidatif pada pasien DM telah diamati, yaitu dengan produksi radikal bebas yang tinggi [20]. Stres oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas berhubungan dengan penyakit pembuluh darah pada pasien DM [21]. Total antioksidan seperti vitamin C dan vitamin E ditemukan rendah pada pasien DM [22]. Pencegahan bahaya stres oksidatif memainkan peran penting pada diabetes dan komplikasinya yang diakibatkan oleh lipid peroksida [23].

Moringa oleifera atau di Indonesia dikenal dengan daun kelor merupakan salah satu sayuran berdaun hijau yang kaya akan mikronutrien dan antioksidan [20].Moringa oleifera memiliki potensi besar, bukan hanya karena murah tetapi memiliki banyak manfaat.  Moringa oleifera mengandung konsentrasi vitamin A, C, B kompleks, besi, kalsium, dan protein yang tinggi, serta tinggi asam amino esensial [24]. Di Indonesia, daun dan buah Moringa oleifera digunakan sebagai hidangan dan belum banyak dieksploitasi [24]. Di beberapa negara, Moringa oleifera digunakan untuk mengobati beberapa penyakit yang biasanya muncul di daerah tropis, seperti kejang, diare, sebagai diuretik dan kelumpuhan, epilepsi, dan gangguan syaraf [25], mengobati batu ginjal, rematik, diabetes [26]. Moringa oleifera telah diketahui efek farmakologi dengan baik untuk mengobati DM [27]. Fitokimia dari ekstrak Moringa oleifera antara lain flavonoid, tannin, antrakuinon, alkaloid, triterpenoid, saponin, dan rendah gula [26]. Aktivitas hipoglikemia dan antihiperglikemia dari daun Moringa oleifera diduga karena adanya terpenoid, yang terlibat dalam stimulasi sel β-pankreas dan pra-pembentukan insulin. Salah satu atau lebih kandungan kimia lain dari tanaman ini, khususnya flavonoid juga diduga memiliki peran penting dalam aksi hipoglikemia [27]. Penelitian mengenai efektivitas kelor terhadap DM ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, ke depan diharapkan lebih banyak bukti empiris yang menjelaskan efektivitas kelor dalam mencegah DM, serta zat aktif yang terkandung dalam kelor yang dapat menurunkan kadar gula darah.

Referensi

  1. King H, Aubert RE, Herman WH. Global burden of diabetes 1995–2025: prevalence, numerical estimates, and projection. 2004; Diabetes Care 21 (9): 1414–1431.
  2. Amma NR. Efek Hipoglikemik ekstrak daun murbei terhadap kadar glukosa darah tikus DM. (thesis). 2009. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
  3. Hartono A. 2006 Terapi Gizi dan Diet rumah Sakit. Buku Kedokteran. Jakarta: ECG.
  4. Tjokroprawiro A. Diabetes melitus: Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. 2001. Edisi Ketiga Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
  5. Al-Baghli N A, Al-Ghamdi A J, Al-Turki K A, Al Elq A H, El-Zubaier A G, Bahnassy A. Prevalence of diabetes mellitus and impaired fasting glucose levels in the Eastern Province of Saudi Arabia: results of a screening campaign. 2010.Singapore Med J 2010; 51(12) : 923.
  6. Anonym. National diabetes statistic 2011. US Department of health and human services. [http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/statistics/] (online). Diakses pada 25 April 2012.
  7. Jafar N. Sindroma metabolik di Indonesia potret gaya hidup masyarakat perkotaan. Yogyakarta: Penerbit Ombak; 2011.
  8. William KM, Zachary MN, Eva WN, Eva WM. Knowledge, attitude and practices related to diabetes among community members in four provinces in Kenya: a cross-sectional study. 2010. J. Chem. Pharm. Res., 2010, 2(6):7-25.
  9. Carolyn L, Mandeep U. Canadian Diabetes Association National Nutrition Committee Clinical Update on Dietary Fibre in Diabetes: Food Sources to Physiological Effects. 2010. CANADIAN JOURNAL OF DIABETES. 2010;34(4):355-361.
  10. Beth NH, Eva E, Andrew G, Martijn V, Laurence NK, Gertraud M. Dietary Fiber, Magnesium, and Glycemic Load Alter Risk of Type 2 Diabetes in a Multiethnic Cohort in Hawaii. 2009. The journal of nutrition. J. Nutr. 140: 68–74.
  11. Muhammad UK. Lifestyle Modification in the Prevention of Type II Diabetes Mellitus. 2012. Oman Medical Journal (2012) Vol. 27, No. 2: 170-171.
  12. Matthew B. Part 3: dietary and lifestyle factors in the management of type 2 diabetes mellitus. 2007. Journal of the Australian Traditional-Medicine Society 2007:13(2):89—92.
  13. Jaakko T, Jaana L, Johan GE, et al. Prevention of Type 2 Diabetes Mellitus by Changes in Lifestyle among Subjects with Impaired Glucose Tolerance. 2001. N Engl J Med 2001; 344:1343-1350.
  14. Ronald CP. Physical Activity in the Management of Diabetes: Population-based Perspectives and Strategies. 2006. CANADIAN JOURNAL OF DIABETES. 2006;30(1):52-62.
  15. Frank TT, Hamalainen H, Ilanne-Parikka P, et al. Diet, lifestyle, and the risk of type 2 diabetes mellitus in women. 2001. N Engl J Med 344:1343–1350.
  16. Michael KB,Kylie S, Bradley L, et al. Behavioral strategies in diabetes prevention programs: A systematic review of randomized controlled trials. 2011. Diabetes research and clinical practice 91 (2011)1-12.
  17. Slavin J, Green H. Dietary fibre and satiety. Nutr Bull. 2007; 32 (suppl 1): 32-42.
  18. Galisteo M, Duarte J, Zarzuelo A. Effects of dietary fibers on disturbances clustered in the metabolic syndrome. J Nutr Biochem. 2008;19:71-84.
  19. Bayu AT, Rodiyatul FS, Hermansyah. An Early Detection Method of Type-2 Diabetes Mellitus in Public Hospital. 2011. TELKOMNIKA, Vol.9, No.2, August 2011, pp. 287~294.
  20. V.Veeranan Arun GIRIDHARI, D. MALATHI, K. GEETHA. Anti diabetic property of drumstick (Moringa oleifera) leaf tablets. 2011. Int J Health Nutr 2011 2 (1): 1-5.
  21. Giugliano D, Ceriello A, Paolisso G. Oxidative stress and diabetic vascular complications. 1996. Diabetes Care 19 (3): 257-267.
  22. Maxwell SRJ, Thomason H, Sandler D, et al. Antioxidant Status in Patients with Uncomplicated Insulin-Dependent and Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus. 1997. European Journal of Clinical Investigation 27 (6):484-490.
  23. Stanely MP, Menon VP. Antioxidant action of Tinospora cordifolia Root extract in alloxan diabetic rats. 2001. Phytotheraphy Research 15 (3): 213-218.
  24. Sri K, Masdiana P, Suprayogi, Vitta RP. Encapsulation of Lactobacillus sp. with Moringa oleifera leaves extract for food supplement. 2011. International Research Journal of Agricultural Science and Soil Science (ISSN: 2251-0044) Vol. 1(7) pp. 273-277.
  25. J.A. Tende, I. Ezekiel, A.A.U. Dikko, et al. Effect of Ethanolic Leaves Extract of Moringa oleifera on Blood Glucose Levels of Streptozocin-Induced Diabetics and Normoglycemic Wistar Rats. 2011. British Journal of Pharmacology and Toxicology 2(1): 1-4, 2011.
  26. SIXL-DANIELL, KARIN, PROF. SIXL, W., et al. On the use of Moringa oleifera as a medicinal plant in India and the Philippines. 2011. EGÉSZSÉGTUDOMÁNY, LV. ÉVFOLYAM, 2011. 3. SZÁM.
  27. Manohar VS, T. Jayasree, K. Kiran Kishore, et al. Evaluation of hypoglycemic and antihyperglycemic effect of freshly prepared aqueous extract of Moringa oleifera leaves in normal and diabetic rabbits. 2012. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, 2012, 4(1):249-253.

Surat cinta

Posted: 24 November 2012 in Cewek Galau
Tag:

Gambar

Saya tidak agresif, terutama jika dihadapkan dengan permasalahan cinta. Sejak kecil, saya sudah terbiasa memendam perasaan kagum dan suka saya terhadap seseorang. Hampir semua laki-laki yang diam-diam saya kagumi memang tidak pernah tahu. Dan saya menikmati itu. Diam-diam mengamatinya dari jauh, senang jika ia berbahagia, dan turut sedih jika ia bersedih. Dan tanpa disadari, itulah yang mempengaruhi pikiran alam bawah sadar saya mengenai definisi cinta. Memberi tanpa berharap kembali.

Saya memang menikmati peran sebagai secret admirer. Setidaknya sebelum saya mengenal orang ini. Sungguh, setidaknya sejak dua tahun terakhir saya belum pernah merasakan perasaan sehebat ini. Dan saya juga tidak bisa mendeskripsikannya ke dalam kata-kata. Yang saya sadari, bahwa saya merasa senang dan bahagia ketika ia ada. Dan suatu ketika saya mencoba untuk menerjemahkan apa sebenarnya yang terjadi dalam diri ini. Suka kah? Kagum kah? Atau lebih dari itu. Apakah saya jatuh cinta kepada Anda?

Saya mengenal dia lewat jejaring sosial. Saya sebenarnya tidak pernah memberi respon kepada seseorang yang saya kenal via jejaring sosial. Tapi karena dia adalah teman dari tetangga saya, maka saya merespon dengan baik. Ini semua saya anggap sebagai penghormatan kepada dia yang lebih tua. Sejak hari itu, dia sering mengajak saya ngobrol , atau saya yang menyapa dia terlebih dahulu. Bahkan saking seringnya, saya menganggap ada yang kurang ketika dia sama sekali tidak menyapa. Dia pernah beranggapan bahwa saya akan merasa terganggu dengan sapaan-nya setiap hari. Dalam hati saya menjawab, justru saya merasa ada yang hilang jika Anda tidak menyapa. Dia mungkin tidak tahu, saya selalu tersenyum ketika membalas sapaan-nya. Dia mungkin tidak bisa melihat wajah saya yang selalu sumringah ketika berbicara dengannya. Atau mungkin dia tidak pernah tahu bahwa saya diam-diam memperhatikannya.

Saya memang sudah lama tidak diperhatikan oleh seorang pria. Saya memang punya teman dekat. Tapi kedekatan kami renggang dalam dua tahun terakhir. Saya lebih banyak curhat pada status-status saya di dunia maya. Saya anggap ini hal yang paling aman, sebab saya tidak berteman dengan ia di jejaring sosial. Ia bukanlah sosok yang mau mendengar dengan baik. Kami kadang bertengkar karena perbedaan pandangan terhadap sesuatu hal. Saya dianggapnya sebagai sosok yang keras kepala. Yah, ia memang kurang bisa menerima pendapat orang lain. Tidak jarang ia merasa pendapatnya lah yang lebih benar. Oleh karena itu, ketika ada masalah, saya lebih banyak nyampah dijejaring sosial. Lebih aman dan tentu saja, mau mendengarkan.

Dan pada saat kesepian itulah, ia hadir. Perhatiannya, selalu mau mendengarkan, dan teman ngobrol yang menyenangkan. Saya sungguh sudah lama tidak merasakan hal ini. Dan itu tadi, saya merasa ada yang kurang jika tidak disapa. Am i falling in love with you? Should I apologize to God about my feelings? Memang, bukan pertama kali saya mengagumi laki-laki secara diam-diam. Tapi mengapa untuk dia perasaan ini sangat kuat? Perasaan ingin memiliki. Perasaan ingin dimiliki. Bukan hanya memberi tapi juga dibalas memberi. Kadang tiap malam saya menangis. Menangisi perasaan ini. Menangisi cinta yang mungkin tidak akan pernah diungkapkan. Menyumpahi diri yang tidak berani mengakui bahwa saya jatuh cinta.

Saya memang tidak agresif. Tapi tidak sepenuhnya juga defensif. Karena keberanian mengungkapkan isi hati dalam tulisan ini, saya anggap sebagai hal yang luar biasa yang pernah saya lakukan. Biarlah waktu yang akan menjawabnya, sebab waktu jualah yang kadang berbaik hati menghapus kesedihan.

Later Belakang

Republik Indonesia membentuk kepulauan yang meliputi tiga zona waktu antara India dan Samudera Pasifik. Merupakan negara keempat dengan populasi ternesar di dunia, dan diperkirakan populasi pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam etnik, sekitar 300 kelompok etnik dari 17.508 pulau, dan diperkirakan sepuluh pulau dengan populasi terbanyak. Indonesia memiliki  31 provinsi (dan dua daerah istimewa) dengan berbagai tingkatan ekonomi. Pada tahun 2005, Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah.

Dari keberagaman sosial tersebut, analisis situasi bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengeksplorasi data yang tersedia  sesuai dengan kecenderungan dan pola dari masalah kesehatan utama yang mempengaruhi ibu dan anak di Indonesia, khususnya di Polman, Sulawesi Barat. Analisis situasi juga bertujuan untuk mengeksplorasi inisiatif kebijakan, inovasi, dan tantangan dalam menanggapi permasalahan dalam desentralisasi dalam struktur pemerintahan Indonesia. Analisis situasi dan rekomendasinya sebaiknya difungsikan sebagai alat kebijakan, program dan fungsi advokasi untuk pembuat kebijakan dan praktisi, lokal, nasional, dan internasional.

Situasi ibu dan anak di Indonesia telah mengalami kemajuan, dan pada beberapa indikator, Indonesia telah berada di jalur untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai contoh, Indonesia telah berusaha dengan baik untuk mencapai pendidikan dasar dan tantangan yang tersisa serakang adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk indikator lain seperti rasio angka kematian ibu, pemerintah harus bekerja lebih keras.

Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima Kabupaten, yaitu Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamuju Utara. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat adalah masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan yang berat yang diantarai oleh daerah sungai danhanya bisa dilalui dengan mengendarai kuda, disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing yang masih menutup diri dari kemajuan ilmu dan pengetahuan.

Di Kabupaten Polewali Mandar sendiri, permasalahan di bidang kesehatan ibu dari Hasil Data Sektor MDGs Tahun 2008 ditunjukkan dengan; tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 17 orang dan dari Hasil Survei MDGs Kecamatan Tahun 2007 ditunjukkan dengan; persentase kunjungan K4 sebesar 59,10%, persentase pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 31,98%. Angka pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun sebesar 54,32%, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 72,25%, cakupan pelayanan nifas sebesar 70,84% yang diperoleh dari Hasil Data Sektoral MDGs Tahun 2008.

Permasalahan kesehatan dan gizi tersebut pada dasarnya terkait dengan isu-isu utama sebagai berikut: (1) akses dan kualitas pelayanan kesehatan kurang memadai karena kendala jarak, biaya, dan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan; (2) rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khusunya pada penduduk miskin; (3) kurangnya jumlah, jenis, dan mutu tenaga kesehatan, serta penyebarannya yang kurang merata; (4) jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin belum sepenuhnya dapat meningkatkan status kesehatan penduduk miskin; (5) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal.

Penyebab Kematian Ibu

Kematian ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari  sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan. Oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan definisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD). Angka Kematian Ibu (AKI) kemudian didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran hidup. Millennium Declaration menempatkan kematian ibu sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi untuk meminimalisasi risiko kematian, menjamin reproduksi sehat, dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum perempuan . AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEANyaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (Survei Demografi Kesehatan Indonesia: SDKI 2002-2003). Tahun 2007, SDKI menunjukkan bahwa AKI di Indonesia menurun  menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka tersebut relatif masih sangat rendah dan jauh dari target MDGs.

Secara umum penyebab kematian ibu dapat digolongkan kedalam penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti pendarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran.

Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, kedudukan dan peran ibu yang tidak menguntungkan dalam keluarga, kuatnya tradisi dan budaya lokal dalam menyikapi proses persalinan, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Untuk di Kabupaten Polman sendiri terdapat 5 faktor yang berkontribusi langsung (penyebab Langsung) terhadap terjadinya pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Kelima faktor itu adalah:

1)    Retensio placenta dan atau atonia uteri

Plasenta yang sulit atau terlambat dikeluarkan pada rahim seorang ibu yang baru saja melahirkan (karena lengket dan tak berkontraksi) yang kebanyakan terjadi pada mereka yang 4 T (terlalu muda, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua) Apabila dipaksakan keluar atau dibiarkan, pengeluaran darah atau pendarahan akan terus terjadi, bila tidak segera ditangani maka nyawa ibu sulit untuk dipertahankan karena kehabisan darah.

2)    Stok darah kurang.

Kematian ibu karena pendarahan, ini artinya pendarahan pada ibu maternal (ibu hamil, ibu bersalin dan ibu masa nifas) sering terjadi, dan diantara mereka sangat membutuhkan darah ketika terjadi obortus, saat persalinan maupun masa nifas. Ketiadaan donor, kantong darah dan stok darah dengan golongan darah yang sesuai pada unit pelayanan kesehatan atau pun pada unit tranfusi darah (bank darah) akhirnya nyawa mereka pun melayang.

3)    Terlambat mengambil keputusan

Biaya yang kurang, ketidaktahuan tentang faktor resiko pendarahan, keluarga maupun kerabat dan adanya pengaruh dukun maka ibu maupun suaminya atau pun orang yang berpengaruh tidak dapat berbuat apa-apa ketika seorang ibu yang akan melahirkan sudah mulai menunjukan tanda-tanda kedaruratan (pendarahan) persalinan. Dan ketika terjadi pendarahan semua panik mencari tranportasi, belum sempat didapat tranportasinya, nyawa pun melayang.

4)    Terlambat sampai kefasilitas pelayanan kesehatan

Ketiadaan tranportasi, jarak ke pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat ditempuh dengan 25-20 menit akhirnya dapat ditempuh dengan 2-3 jam , keluarga atau pun kerabat yang tidak menyiapkan kendaraan ketika seorang ibu akan melahirkan akan lambat tiba di sarana pelayanan kesehatan, ketika tiba seorang ibu sudah kepayahan/kelelahan kehabisan energi, tidak serta merta persalinan dilakukan, kondisi seorang ibu harus diperbaiki terlebih dahulu, namun sebelum pulih ibu pun meninggal dunia, dan walaupun kondisi ibu segera pulih, janin sudah tidak bisa diselamatkan, kematian janin dalam rahim dalam kasus seperti ini sering terjadi.

5)     Terlambat mendapat pelayanan.

Ketiadaan paket pelayanan obstetrik neonatus emergency dasar di puskesmas, alat dan bahan pelayanan kesehatan habis pakai yang kurang, kualitas terutama pengetahuan dan keterampilan petugas yang rendah serta jumlah petugas (bidan) yang kurang. Merupakan penyebab-penyebab tidak langsung dari terlambatnya pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan (puskesmas) kepada ibu-ibu maternal yang mengalami kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus dasar.

Penyebab Kematian Bayi

Angka kematian anak dan bayi yang tinggi merupakan fokus atau isu di negara sedang berkembang. Pengambil  kebijakan di negara sedang berkembang banyak melakukan berbagai kebijakan atau tindakan yang mengagumkan untuk menekan angka tersebut. Hasil studi Wayan Santiasa menunjukkan bahwa faktor usia melahirkan, faktor urutan kelahiran, faktor perilaku pra dan pasca persalinan, merupakan empat faktor dominan yang berpengaruh terhadap kematian balita. Keempat faktor ini merupakan pencerminan dari faktor sosio demografi yang mendiskreditkan para wanita secara individual.

Dalam studi tersebut juga disimpulkan dua hal sebagai berikut:

  • Dengan tingginya pengaruh faktor usia melahirkan, faktor urutan kelahiran, faktor perilaku pra dan pasca persalinan ibu terhadap tingkat kematian balita mengisyaratkan bahwa bargaining power untuk ibu masih sangat lemah di negara sedang berkembang.
  • Perencanaan dan perawatan balita masih konvensional karena sangat tergantung sepenuhnya pada ibu, hal ini tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan modernisasi dalam perencanaan dan perawatan balita, yang semestinya menjadi tanggung jawab rumah tangga secara keseluruhan (termasuk bapak), bukan hanya ibu saja.

Kematian Bayi yang masih ditemukan tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, akar masalah atau penyebab utamanya antara lain, terdapat 2 faktor yang saling mempengaruhi, pertama; masih kurangnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan keluarga bidang kesehatan dan faktor kedua; pemerintah masih dianggap kurang dalam mengfungsikan dan memotivasi masyarakat dan keluarga dan upaya peningkatan kesehatan. Terdapat 3 faktor penyebab langsung kematian bayi yang selalu ditemukan tiap tahunnya, ketiga faktor penyebab langsung itu adalah:

1)    BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah)

Keadaan status gizi ibu yang kurang sebelum hamil maupun selama hamil, akibat dari ketersediaan pangan di rumah tangga (RT) yang kurang untuk dikonsumsi dan akibat pengetahuan gizi dan kesehatan yang masih sangat kurang dari seorang ibu merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadi Bayi lahir dengan berat badan rendah.

2)    ASFIKSIA

Bayi baru lahir (BBL) tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia) dikategorikan sebagai bayi dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi karena beberapa keadaan pada ibu selama hamil atau ketika hendak melahirkan. Keadaan ibu selama hamil diantaranya ibu menderita hipertensi, mengalami postmatur sesudah 42 minggu kehamilan, menderita penyakit infeksi misalnya malaria, sifilis, ISPA dan lain-lain. Keadaan ketika hendak melahirkan diantaranya partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, pendarahan abnormal dan lain-lain. Keadaan bayi baru lahir juga sangat mempengaruhi terjadinya Asfiksia, misalnya baru lahir dengan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan yang sulit, kelainan konginital, termasuk kedaan tali pusat yang tidak normal.

3)    Penyakit infeksi berbasis lingkungan.

Diare, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit infeksi berbasis lingkungan yang prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila menginfeksi bayi dan bayi uang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian. Penyebab penyakit infeksi pada bayi ini adalah keadaan sarana air bersih yang masih sangat kurang, membuat hajat di sembarang tempat dan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat.

Referensi

  1. Bappeda, 2009. Draf Final Analisis Situasi Ibu dan Anak Berbasis Hak Asasi Manusia Bidang Kesehatan Tahun 2009. http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/asia_2010-kesehatanfinal.pdf. Diakses pada : 14 Oktober 2012.
  2. Bappenas, 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/…/lap-pemb-milenium-ind-2010.pdf. Diakses pada : 12 Oktober 2012.
  3. Unicef, 2010. The Situation of Children and Women in Indonesia 2000-2010 Working Towards Progress With Equity Under Decentralisation. http:// www.unicef.org/sitan/files/Indonesia_SitAn_2010.pdf. diakses pada : 14 Oktober 2012.
  4. Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2007. Profil Dinkes Sulbar 2007.
  5. Pertiwi DL.  Dkk., 2012  Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu di Jawa Timur. Jurnal Sains Dan Seni Its Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012).
  6. Bappenas. 2009. Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak. http://Kajian Faktorfaktor yang Mempengaruhi – Bappenas. Diakses pada : 12 Oktober 2012.