Situasi Ibu dan Anak di Kabupaten Polman Sulawesi Barat

Posted: 9 November 2012 in Catatan Septi

Later Belakang

Republik Indonesia membentuk kepulauan yang meliputi tiga zona waktu antara India dan Samudera Pasifik. Merupakan negara keempat dengan populasi ternesar di dunia, dan diperkirakan populasi pada tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam etnik, sekitar 300 kelompok etnik dari 17.508 pulau, dan diperkirakan sepuluh pulau dengan populasi terbanyak. Indonesia memiliki  31 provinsi (dan dua daerah istimewa) dengan berbagai tingkatan ekonomi. Pada tahun 2005, Bank Dunia menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat pendapatan menengah ke bawah.

Dari keberagaman sosial tersebut, analisis situasi bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengeksplorasi data yang tersedia  sesuai dengan kecenderungan dan pola dari masalah kesehatan utama yang mempengaruhi ibu dan anak di Indonesia, khususnya di Polman, Sulawesi Barat. Analisis situasi juga bertujuan untuk mengeksplorasi inisiatif kebijakan, inovasi, dan tantangan dalam menanggapi permasalahan dalam desentralisasi dalam struktur pemerintahan Indonesia. Analisis situasi dan rekomendasinya sebaiknya difungsikan sebagai alat kebijakan, program dan fungsi advokasi untuk pembuat kebijakan dan praktisi, lokal, nasional, dan internasional.

Situasi ibu dan anak di Indonesia telah mengalami kemajuan, dan pada beberapa indikator, Indonesia telah berada di jalur untuk mencapai MDGs 2015. Sebagai contoh, Indonesia telah berusaha dengan baik untuk mencapai pendidikan dasar dan tantangan yang tersisa serakang adalah bagaimana meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk indikator lain seperti rasio angka kematian ibu, pemerintah harus bekerja lebih keras.

Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas lima Kabupaten, yaitu Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamasa, Kabupaten Majene, Kabupaten Polewali Mandar, dan Kabupaten Mamuju Utara. Faktor yang paling berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat adalah masih banyaknya daerah yang sulit dijangkau yang disebabkan oleh medan yang berat yang diantarai oleh daerah sungai danhanya bisa dilalui dengan mengendarai kuda, disamping itu masih terdapat sekelompok masyarakat terasing yang masih menutup diri dari kemajuan ilmu dan pengetahuan.

Di Kabupaten Polewali Mandar sendiri, permasalahan di bidang kesehatan ibu dari Hasil Data Sektor MDGs Tahun 2008 ditunjukkan dengan; tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebanyak 17 orang dan dari Hasil Survei MDGs Kecamatan Tahun 2007 ditunjukkan dengan; persentase kunjungan K4 sebesar 59,10%, persentase pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan terlatih sebesar 31,98%. Angka pemakaian alat kontrasepsi pada pasangan usia subur (PUS) usia 15-49 tahun sebesar 54,32%, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani sebesar 72,25%, cakupan pelayanan nifas sebesar 70,84% yang diperoleh dari Hasil Data Sektoral MDGs Tahun 2008.

Permasalahan kesehatan dan gizi tersebut pada dasarnya terkait dengan isu-isu utama sebagai berikut: (1) akses dan kualitas pelayanan kesehatan kurang memadai karena kendala jarak, biaya, dan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan; (2) rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khusunya pada penduduk miskin; (3) kurangnya jumlah, jenis, dan mutu tenaga kesehatan, serta penyebarannya yang kurang merata; (4) jaminan pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin belum sepenuhnya dapat meningkatkan status kesehatan penduduk miskin; (5) promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan belum digarap dengan optimal.

Penyebab Kematian Ibu

Kematian ibu merupakan kematian dari setiap wanita selama masa kehamilan, bersalin atau dalam 42 hari  sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, tanpa melihat usia dan lokasi kehamilan. Oleh setiap penyebab yang berhubungan dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya tetapi bukan oleh kecelakaan atau incidental (faktor kebetulan). Hal ini sesuai dengan definisi Internasional Statistical Classification of Disease and Related Health Problems (ICD). Angka Kematian Ibu (AKI) kemudian didefinisikan sebagai jumlah kematian ibu selama satu periode waktu dalam 100.000 kelahiran hidup. Millennium Declaration menempatkan kematian ibu sebagai prioritas utama yang harus ditanggulangi untuk meminimalisasi risiko kematian, menjamin reproduksi sehat, dan meningkatkan kualitas hidup ibu atau kaum perempuan . AKI di Indonesia menempati urutan tertinggi di ASEANyaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, artinya lebih dari 18.000 ibu tiap tahun atau dua ibu tiap jam meninggal oleh sebab yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas (Survei Demografi Kesehatan Indonesia: SDKI 2002-2003). Tahun 2007, SDKI menunjukkan bahwa AKI di Indonesia menurun  menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Penurunan angka tersebut relatif masih sangat rendah dan jauh dari target MDGs.

Secara umum penyebab kematian ibu dapat digolongkan kedalam penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti pendarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklampsia), infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran.

Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, kedudukan dan peran ibu yang tidak menguntungkan dalam keluarga, kuatnya tradisi dan budaya lokal dalam menyikapi proses persalinan, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

Untuk di Kabupaten Polman sendiri terdapat 5 faktor yang berkontribusi langsung (penyebab Langsung) terhadap terjadinya pendarahan yang dapat mengakibatkan kematian ibu. Kelima faktor itu adalah:

1)    Retensio placenta dan atau atonia uteri

Plasenta yang sulit atau terlambat dikeluarkan pada rahim seorang ibu yang baru saja melahirkan (karena lengket dan tak berkontraksi) yang kebanyakan terjadi pada mereka yang 4 T (terlalu muda, terlalu sering melahirkan, terlalu banyak melahirkan dan terlalu tua) Apabila dipaksakan keluar atau dibiarkan, pengeluaran darah atau pendarahan akan terus terjadi, bila tidak segera ditangani maka nyawa ibu sulit untuk dipertahankan karena kehabisan darah.

2)    Stok darah kurang.

Kematian ibu karena pendarahan, ini artinya pendarahan pada ibu maternal (ibu hamil, ibu bersalin dan ibu masa nifas) sering terjadi, dan diantara mereka sangat membutuhkan darah ketika terjadi obortus, saat persalinan maupun masa nifas. Ketiadaan donor, kantong darah dan stok darah dengan golongan darah yang sesuai pada unit pelayanan kesehatan atau pun pada unit tranfusi darah (bank darah) akhirnya nyawa mereka pun melayang.

3)    Terlambat mengambil keputusan

Biaya yang kurang, ketidaktahuan tentang faktor resiko pendarahan, keluarga maupun kerabat dan adanya pengaruh dukun maka ibu maupun suaminya atau pun orang yang berpengaruh tidak dapat berbuat apa-apa ketika seorang ibu yang akan melahirkan sudah mulai menunjukan tanda-tanda kedaruratan (pendarahan) persalinan. Dan ketika terjadi pendarahan semua panik mencari tranportasi, belum sempat didapat tranportasinya, nyawa pun melayang.

4)    Terlambat sampai kefasilitas pelayanan kesehatan

Ketiadaan tranportasi, jarak ke pelayanan kesehatan yang seharusnya dapat ditempuh dengan 25-20 menit akhirnya dapat ditempuh dengan 2-3 jam , keluarga atau pun kerabat yang tidak menyiapkan kendaraan ketika seorang ibu akan melahirkan akan lambat tiba di sarana pelayanan kesehatan, ketika tiba seorang ibu sudah kepayahan/kelelahan kehabisan energi, tidak serta merta persalinan dilakukan, kondisi seorang ibu harus diperbaiki terlebih dahulu, namun sebelum pulih ibu pun meninggal dunia, dan walaupun kondisi ibu segera pulih, janin sudah tidak bisa diselamatkan, kematian janin dalam rahim dalam kasus seperti ini sering terjadi.

5)     Terlambat mendapat pelayanan.

Ketiadaan paket pelayanan obstetrik neonatus emergency dasar di puskesmas, alat dan bahan pelayanan kesehatan habis pakai yang kurang, kualitas terutama pengetahuan dan keterampilan petugas yang rendah serta jumlah petugas (bidan) yang kurang. Merupakan penyebab-penyebab tidak langsung dari terlambatnya pelayanan yang diberikan unit pelayanan kesehatan (puskesmas) kepada ibu-ibu maternal yang mengalami kegawatdaruratan obstetrik dan neonatus dasar.

Penyebab Kematian Bayi

Angka kematian anak dan bayi yang tinggi merupakan fokus atau isu di negara sedang berkembang. Pengambil  kebijakan di negara sedang berkembang banyak melakukan berbagai kebijakan atau tindakan yang mengagumkan untuk menekan angka tersebut. Hasil studi Wayan Santiasa menunjukkan bahwa faktor usia melahirkan, faktor urutan kelahiran, faktor perilaku pra dan pasca persalinan, merupakan empat faktor dominan yang berpengaruh terhadap kematian balita. Keempat faktor ini merupakan pencerminan dari faktor sosio demografi yang mendiskreditkan para wanita secara individual.

Dalam studi tersebut juga disimpulkan dua hal sebagai berikut:

  • Dengan tingginya pengaruh faktor usia melahirkan, faktor urutan kelahiran, faktor perilaku pra dan pasca persalinan ibu terhadap tingkat kematian balita mengisyaratkan bahwa bargaining power untuk ibu masih sangat lemah di negara sedang berkembang.
  • Perencanaan dan perawatan balita masih konvensional karena sangat tergantung sepenuhnya pada ibu, hal ini tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan modernisasi dalam perencanaan dan perawatan balita, yang semestinya menjadi tanggung jawab rumah tangga secara keseluruhan (termasuk bapak), bukan hanya ibu saja.

Kematian Bayi yang masih ditemukan tinggi di Kabupaten Polewali Mandar, akar masalah atau penyebab utamanya antara lain, terdapat 2 faktor yang saling mempengaruhi, pertama; masih kurangnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dan keluarga bidang kesehatan dan faktor kedua; pemerintah masih dianggap kurang dalam mengfungsikan dan memotivasi masyarakat dan keluarga dan upaya peningkatan kesehatan. Terdapat 3 faktor penyebab langsung kematian bayi yang selalu ditemukan tiap tahunnya, ketiga faktor penyebab langsung itu adalah:

1)    BBLR ( Berat Badan Lahir Rendah)

Keadaan status gizi ibu yang kurang sebelum hamil maupun selama hamil, akibat dari ketersediaan pangan di rumah tangga (RT) yang kurang untuk dikonsumsi dan akibat pengetahuan gizi dan kesehatan yang masih sangat kurang dari seorang ibu merupakan faktor-faktor utama yang mempengaruhi terjadi Bayi lahir dengan berat badan rendah.

2)    ASFIKSIA

Bayi baru lahir (BBL) tidak bernapas secara spontan dan teratur (Asfiksia) dikategorikan sebagai bayi dengan Asfiksia, sering dapat menyebabkan kematian bayi, terjadi karena beberapa keadaan pada ibu selama hamil atau ketika hendak melahirkan. Keadaan ibu selama hamil diantaranya ibu menderita hipertensi, mengalami postmatur sesudah 42 minggu kehamilan, menderita penyakit infeksi misalnya malaria, sifilis, ISPA dan lain-lain. Keadaan ketika hendak melahirkan diantaranya partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, pendarahan abnormal dan lain-lain. Keadaan bayi baru lahir juga sangat mempengaruhi terjadinya Asfiksia, misalnya baru lahir dengan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), persalinan yang sulit, kelainan konginital, termasuk kedaan tali pusat yang tidak normal.

3)    Penyakit infeksi berbasis lingkungan.

Diare, Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) merupakan beberapa penyakit infeksi berbasis lingkungan yang prevalensi kesakitannya masih sangat tinggi, apabila menginfeksi bayi dan bayi uang terinfeksi tidak ditangani dengan baik maka dapat mengakibatkan kematian. Penyebab penyakit infeksi pada bayi ini adalah keadaan sarana air bersih yang masih sangat kurang, membuat hajat di sembarang tempat dan keadaan rumah yang tidak memenuhi syarat.

Referensi

  1. Bappeda, 2009. Draf Final Analisis Situasi Ibu dan Anak Berbasis Hak Asasi Manusia Bidang Kesehatan Tahun 2009. http://arali2008.files.wordpress.com/2008/08/asia_2010-kesehatanfinal.pdf. Diakses pada : 14 Oktober 2012.
  2. Bappenas, 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. http://gizi.depkes.go.id/wp-content/…/lap-pemb-milenium-ind-2010.pdf. Diakses pada : 12 Oktober 2012.
  3. Unicef, 2010. The Situation of Children and Women in Indonesia 2000-2010 Working Towards Progress With Equity Under Decentralisation. http:// www.unicef.org/sitan/files/Indonesia_SitAn_2010.pdf. diakses pada : 14 Oktober 2012.
  4. Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, 2007. Profil Dinkes Sulbar 2007.
  5. Pertiwi DL.  Dkk., 2012  Spatial Durbin Model untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematian Ibu di Jawa Timur. Jurnal Sains Dan Seni Its Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012).
  6. Bappenas. 2009. Kajian Evaluasi Pembangunan Sektoral. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelangsungan Hidup Anak. http://Kajian Faktorfaktor yang Mempengaruhi – Bappenas. Diakses pada : 12 Oktober 2012.

Tinggalkan komentar